CV Builder by Kinobi

5 Alasan Mengapa Gen Z Sering Resign dan Cara Perusahaan Mencegahnya

alasan gen z resign dan cara perusahaan mencegahnya

Di era kerja modern seperti sekarang, banyak perusahaan mulai menyadari bahwa menarik karyawan dari generasi Z saja tidak cukup. Hal-hal yang lebih menantang justru lebih membuat mereka bertahan di perusahaan. Gen Z dikenal lebih berani dalam menentukan pilihan karier, termasuk mengambil keputusan untuk resign ketika mereka merasa tidak cocok. Bagi mereka, bekerja bukan hanya soal gaji, tapi juga soal nilai, kenyamanan, dan pertumbuhan pribadi.

Apakah ini semata karena kurangnya loyalitas? Belum tentu. Gen Z tumbuh dalam era digital yang cepat berubah, mereka lebih sadar akan hak, keseimbangan hidup, dan makna pekerjaan bagi diri mereka. Mereka tidak ragu untuk mencari tempat kerja yang menurut mereka lebih sesuai dengan nilai dan tujuan pribadi.

Lalu, sebenarnya apa saja alasan utama Gen Z sering resign? Dan bagaimana cara perusahaan bisa mencegah hal ini agar mereka tetap betah? Simak penjelasannya berikut ini.

Kurangnya Makna dan Tujuan dalam Pekerjaan

Bagi Gen Z, gaji bukan satu-satunya motivasi. Mereka ingin merasa bahwa pekerjaan yang mereka lakukan punya dampak, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Jika mereka merasa pekerjaannya tidak memberi kontribusi nyata atau sekadar ‘kerja asal kerja’, maka motivasi mereka akan cepat menurun.

Perusahaan bisa menyiasatinya dengan memberikan pemahaman tentang peran dan kontribusi tiap posisi dalam mencapai tujuan besar organisasi. Ajak karyawan muda untuk ikut serta dalam proyek bermakna, dan beri ruang bagi mereka menyuarakan ide.

Selain itu, banyak dari Gen Z yang juga mencari tempat kerja yang sejalan dengan nilai pribadi mereka, seperti keberlanjutan lingkungan, inklusivitas, atau tanggung jawab sosial. Jika mereka tidak melihat kesesuaian antara value pribadi dan nilai perusahaan, mereka akan lebih cepat merasa kehilangan koneksi emosional dengan pekerjaan.

Penting bagi perusahaan untuk lebih transparan dalam menunjukkan visi, misi, dan nilai-nilai inti mereka, serta membuktikan komitmen nyata melalui tindakan, bukan hanya slogan internal.

Minimnya Ruang untuk Berkembang

Gen Z haus akan pembelajaran. Mereka tumbuh dengan akses internet dan terbiasa belajar cepat dari banyak sumber. Ketika mereka merasa tidak ada peluang untuk berkembang, stagnan dalam pekerjaan yang monoton, mereka akan mudah kehilangan minat.

Perusahaan sebaiknya menyediakan program pelatihan, mentoring, dan kesempatan rotasi atau eksplorasi peran baru. Meskipun belum bisa menjanjikan promosi cepat, adanya jalur pengembangan yang jelas akan membuat Gen Z merasa lebih dihargai dan ingin bertahan.

Selain program pelatihan internal, perusahaan juga bisa memfasilitasi akses ke pelatihan eksternal, webinar, atau platform belajar online. Gen Z terbiasa belajar mandiri dan cepat, fleksibilitas dalam mengakses sumber belajar sangat dihargai.

Karyawan muda juga cenderung antusias jika dilibatkan dalam sesi mentoring dengan senior yang inspiratif. Program seperti ini tidak hanya mengembangkan keterampilan, tapi juga mempererat hubungan antar generasi di kantor.

Baca Juga: 10 Menit Bikin Surat Lamaran Kerja Profesional, Begini Caranya!

Lingkungan Kerja yang Kaku dan Tidak Fleksibel

Kebanyakan Gen Z menghargai kebebasan dan fleksibilitas. Mereka tidak selalu nyaman bekerja dengan pola kerja konvensional yang serba formal dan kaku. Sistem kerja 9-to-5 dengan kontrol yang terlalu ketat justru membuat mereka merasa tertekan.

Penerapan kebijakan hybrid, work from home, jam kerja fleksibel, hingga budaya kerja yang lebih terbuka bisa menjadi solusi. Lingkungan yang mendukung keseimbangan kerja dan kehidupan pribadi sangat penting bagi Gen Z agar merasa nyaman dan loyal.

Lingkungan kerja yang terlalu penuh aturan tanpa ruang untuk adaptasi juga bisa membuat Gen Z merasa tidak dipercaya. Padahal, mereka cenderung lebih produktif jika diberi kepercayaan untuk mengatur gaya kerja sendiri.

Menyesuaikan cara kerja bukan berarti menurunkan standar, melainkan memberikan otonomi dalam menyelesaikan tugas. Dengan kepercayaan dan fleksibilitas, mereka justru bisa menunjukkan performa yang lebih baik.

Kurangnya Apresiasi dan Komunikasi yang Tidak Transparan

Meskipun Gen Z cenderung mandiri, mereka tetap butuh pengakuan atas usaha mereka. Ketika kerja keras tidak dihargai, atau tidak ada komunikasi terbuka tentang kinerja dan ekspektasi, mereka bisa merasa diabaikan.

Solusinya tidak selalu berupa bonus besar atau promosi, tapi bisa dimulai dari apresiasi kecil, feedback yang rutin, dan komunikasi yang jujur antara atasan dan tim. Gen Z menghargai atasan yang bisa diajak diskusi terbuka dan memberi ruang untuk berkembang.

Salah satu hal yang sering luput adalah apresiasi non-materi. Gen Z sangat menghargai pengakuan dalam bentuk ucapan, shout-out di grup tim, atau sekadar diberi waktu untuk presentasi proyek mereka di depan manajemen.

Komunikasi yang baik juga berarti tidak hanya memberi instruksi, tapi mendengarkan. Jika perusahaan membuka kanal feedback dua arah, mereka akan lebih merasa dilibatkan dalam perkembangan organisasi.

Kesehatan Mental yang Tidak Diperhatikan

Kesehatan mental adalah salah satu perhatian utama Gen Z. Mereka lebih terbuka untuk membicarakan isu ini, dan tidak ragu untuk mundur dari pekerjaan yang membuat mereka stres berlebihan. Deadline yang menumpuk, jam kerja tidak manusiawi, atau budaya kerja toksik bisa menjadi pemicu mereka untuk resign.

Perusahaan dapat menyediakan dukungan berupa konseling, cuti kesehatan mental, atau sekadar mendorong budaya kerja yang sehat. Pemahaman dan empati dari atasan serta HR sangat berpengaruh terhadap keputusan Gen Z untuk bertahan.

Banyak Gen Z yang tidak hanya mencari perusahaan dengan reputasi bagus, tetapi juga lingkungan yang suportif. Budaya kerja yang kompetitif secara tidak sehat, atau adanya toxic behavior yang tidak ditindak, bisa cepat membuat mereka burn out.

Membangun kultur yang empatik dan ramah kesehatan mental tidak harus mahal. Langkah mudah bisa dimulai dari training untuk manajer agar lebih peka, sesi istirahat reguler, atau grup diskusi internal tentang kesejahteraan kerja.

Baca Juga: 4 Contoh Motivation Letter yang Cocok untuk Fresh Graduate

Langkah Nyata Agar Gen Z Betah di Tempat Kerja

Mengurangi turnover karyawan dari generasi Z tidak bisa dilakukan dengan pendekatan yang kaku. Diperlukan pemahaman terhadap karakteristik dan kebutuhan mereka yang berbeda dari generasi sebelumnya. Beberapa langkah yang bisa dilakukan perusahaan antara lain:

  • Ciptakan budaya kerja yang terbuka, inklusif, dan menghargai kontribusi tiap individu.
  • Berikan ruang bagi mereka untuk bereksperimen, menyampaikan ide, dan terlibat dalam proyek yang mereka minati.
  • Sediakan jalur pengembangan karier yang fleksibel dan realistis.
  • Dengarkan feedback mereka secara aktif dan tindak lanjuti dengan tindakan nyata.
  • Tawarkan benefit yang relevan, mulai dari pelatihan online, fasilitas kesehatan mental, hingga fleksibilitas kerja.

Perusahaan juga bisa memanfaatkan teknologi yang dekat dengan keseharian Gen Z. Misalnya, menggunakan platform internal yang user-friendly, sistem kerja berbasis project management digital, hingga sistem evaluasi yang transparan dan interaktif.

Jangan lupakan pula peran komunikasi visual. Gen Z menyukai informasi yang singkat dan menarik secara visual karena mereka lebih menyerap informasi lewat video, infografik, atau konten interaktif dibanding dokumen panjang yang penuh teks.

Dengan menyesuaikan pendekatan terhadap kebutuhan Gen Z, perusahaan tidak hanya bisa mempertahankan mereka lebih lama, tapi juga membangun tim yang lebih dinamis dan produktif.

Ciptakan Awal Karier yang Lebih Tepat dengan CV yang Menarik

Sebelum kamu bisa menemukan tempat kerja yang cocok dan mendukung kamu untuk berkembang, semuanya dimulai dari CV yang benar-benar mencerminkan siapa dirimu. CV yang baik bukan cuma soal desain, tapi juga soal strategi bagaimana kamu menampilkan kemampuan dan keunikanmu sebagai bagian dari generasi yang dinamis dan penuh potensi.

Kalau kamu sedang cari cara mudah dan cepat untuk membuat CV yang profesional, kamu bisa pakai CV Builder by Kinobi. Lewat CV Builder by Kinobi, kamu bisa membuat CV online gratis yang rapi, ATS-friendly, dan bisa disesuaikan dengan gaya serta tujuan kariermu. Jangan tunggu sampai kesempatan berlalu. Yuk, mulai langkah kariermu dengan CV yang standout dan siap bersaing!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top